Rabu, 03 Agustus 2011

Home » » Penulisan kata Dalam Bahasa Indonesia

Penulisan kata Dalam Bahasa Indonesia

 

Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.

  1. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
  2. Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
    2. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
    3. Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas. Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
    4. Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: adipati, mancanegara.
    5. Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
  3. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
  4. Gabungan kata atau kata majemuk
    1. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
    2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
    3. Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis serangkai.
  5. Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
  6. Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
  7. Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
  8. Partikel
    1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
    2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh: apa pun, satu kali pun.
    3. Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.
  9. Singkatan dan akronim. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan singkatan dan akronim.
  10. Angka dan bilangan. Lihat Wikipedia:Pedoman penulisan tanggal dan angka.

Kata turunan

Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
    1. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
    2. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan -nya
  2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
    1. ber-an dan ber-i
    2. di-kan dan di-i
    3. diper-kan dan diper-i
    4. ke-an dan ke-i
    5. me-kan dan me-i
    6. memper-kan dan memper-i
    7. pe-an dan pe-i
    8. per-an dan per-i
    9. se-nya
    10. ter-kan dan ter-i
  3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
    1. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
    2. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
Awalan me-

Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:

  1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
  2. me-mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
  3. me-men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
  4. me-meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
  5. me-menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
  6. me-meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:

  1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
  2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
  3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.
Aturan khusus

Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:

  1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
  2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
  3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
  4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)

Konsensus penggunaan kata

Tiongkok dan tionghoa

Cina adalah bentuk dan penggunaan baku menurut KBBI. Ada imbauan untuk menghindari kata ini atas pertimbangan kesensitifan penafsiran. Sebagai alternatifnya diusulkan menggunakan kata "China". Ini sebuah argumen yang tidak bisa dideskripsikan dan dijelaskan secara ilmiah bahasa, apalagi bunyi ujaran "China" - "Cina" adalah hampir sama (China dibaca dengan ejaan Inggris). Padanan untuk kata Cina yaitu Tiongkok (negara), Tionghoa (bahasa dan orang).

Mayat dan mati
  • mati: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata wafat, meninggal, gugur, atau tewas (tergantung konteks).
  • mayat: hindari penggunaannya dalam penulisan biografi. Gunakan kata jasad atau jenazah.
Pranala ke situs luar

Sebisa mungkin hindari penggunaan kalimat seperti "Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi situs ini." pada artikel yang belum lengkap. Sebaiknya pranala ke situs tersebut dimasukkan ke bagian Pranala luar dan menambahkan Templat:Stub dengan mengetik:

{{stub}}


atau



{{rintisan}}


di bagian akhir artikel.



Penggunaan "di mana" sebagai penghubung dua klausa


Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", dengan mana", dan sebagainya). Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA", apalagi "dimana", termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Sebenarnya selalu dapat dicari struktur yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia.



Contoh-contoh:

(1) Dari artikel Kantin: ... kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan ... .




  • Usul perbaikan: ... kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan ... .




(2) Dari artikel Tegangan permukaan: Teganganpermukaan = F / L dimana :


F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]


  • Usul perbaikan: Apabila F = gaya (newton) dan L = panjang (m), tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.


Di sini tampak bahwa "apabila" menggantikan posisi "di mana" (ditulis di kalimat asli sebagai "dimana").


(3) Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice ... .




  • Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja ... .




Contoh-contoh lain silakan ditambahkan.



Kata penghubung "sedangkan"


Kesalahan penggunaan kata penghubung yang juga sering kali terjadi adalah yang melibatkan kata "sedangkan". "Sedangkan" adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama seperti "dan", "atau", serta "sementara". Dengan demikian secara tata bahasa ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam susastra!). Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya. "Sedangkan" digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu dapat dipakai kata "sementara itu".



Contoh: Dari harian Jawa Pos:


"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849."


Usulan perbaikan 1:


"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS se-Banten ada 12.849."


Usulan perbaikan 2:


"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS se-Banten ada 12.849."


Daftar kata



Untuk daftar yang lebih lengkap, lihat pula



Gabungan kata yang ditulis serangkai



  1. acapkali


  2. adakalanya


  3. akhirulkalam


  4. alhamdulillah


  5. astagfirullah


  6. bagaimana


  7. barangkali


  8. bilamana


  9. bismillah


  10. beasiswa


  11. belasungkawa


  12. bumiputra


  13. daripada


  14. darmabakti


  15. darmasiswa


  16. dukacita


  17. halalbihalal


  18. hulubalang


  19. kacamata


  20. kasatmata


  21. kepada


  22. keratabasa


  23. kilometer


  24. manakala


  25. manasuka


  26. mangkubumi


  27. matahari


  28. olahraga


  29. padahal


  30. paramasastra


  31. peribahasa


  32. puspawarna


  33. radioaktif


  34. sastramarga


  35. saputangan


  36. saripati


  37. seringkali


  38. sebagaimana


  39. sediakala


  40. segitiga


  41. sekalipun


  42. silaturahmi


  43. sukacita


  44. sukarela


  45. sukaria


  46. syahbandar


  47. titimangsa


  48. wasalam



Kata yang sering salah dieja


Daftar ini disusun menurut urutan abjad. Kata pertama adalah kata baku menurut KBBI (kecuali ada keterangan lain) dan dianjurkan digunakan, sedangkan kata-kata selanjutnya adalah variasi ejaan lain yang kadang-kadang juga digunakan.




  1. aktif, aktip


  2. aktivitas, aktifitas


  3. Alquran, al-Qur'an, Al-Qur'an, al Qur'an, Al Qur'an (maupun tanpa ['])


  4. analisis, analisa


  5. Anda, anda


  6. apotek, apotik (ingat: apoteker, bukan apotiker)


  7. asas, azas


  8. atlet, atlit (ingat: atletik, bukan atlitik)


  9. bus, bis


  10. besok, esok


  11. diagnosis, diagnosa


  12. Ekstrakurikuler, ekstrakulikuler


  13. ekstrem, ekstrim


  14. embus, hembus


  15. Februari, Pebruari


  16. frekuensi, frekwensi


  17. foto, photo


  18. gladi, geladi


  19. hierarki, hirarki


  20. hipnosis (nomina), menghipnosis (verba), hipnotis (adjektiva)


  21. ibu kota, ibukota


  22. ijazah, ijasah


  23. imbau, himbau


  24. indera, indra


  25. inderagiri, indragiri


  26. istri, isteri


  27. izin, ijin


  28. jadwal, jadual


  29. jenderal, jendral


  30. Jumat, Jum'at


  31. kacamata, kaca mata


  32. kanker, kangker


  33. karier, karir


  34. Katolik, Katholik


  35. kendaraan, kenderaan


  36. komoditas, komoditi [2][3]


  37. komplet, komplit


  38. konkret, konkrit, kongkrit


  39. kosa kata, kosakata


  40. kualitas, kwalitas, kwalitet [2]


  41. kuantitas, kwantitas [2]


  42. kuitansi, kwitansi


  43. kuno, kuna [4]


  44. lokakarya, loka karya


  45. maaf, ma'af


  46. makhluk, mahluk, mahkluk (salah satu yang paling sering salah)


  47. mazhab, mahzab


  48. metode, metoda


  49. mungkir, pungkir (Ingat!)


  50. nakhoda, nahkoda, nakoda


  51. napas, nafas


  52. narasumber, nara sumber (berlaku juga untuk kata belakang lain)


  53. nasihat, nasehat


  54. negatif, negatip (juga kata-kata lainnya yang serupa)


  55. November, Nopember


  56. objek, obyek


  57. objektif, obyektif/p


  58. olahraga, olah raga


  59. orang tua, orangtua


  60. paham, faham


  61. persen, prosen


  62. pelepasan, penglepasan


  63. penglihatan, pelihatan; pengecualian


  64. permukiman, pemukiman


  65. perumahan, pengrumahan; baik untuk arti housing maupun PHK


  66. pikir, fikir


  67. Prancis, Perancis [5]


  68. praktik, praktek (Ingat: praktikum, bukan praktekum)


  69. provinsi, propinsi


  70. putra, putera


  71. putri, puteri


  72. realitas, realita


  73. risiko, resiko


  74. saksama, seksama (Ingat!)


  75. samudra, samudera


  76. sangsi (=ragu-ragu), sanksi (=konsekuensi atas perilaku yang tidak benar, salah)


  77. saraf, syaraf


  78. sarat (=penuh), syarat (=kondisi yang harus dipenuhi)


  79. sekretaris, sekertaris


  80. sekuriti, sekuritas [2]


  81. segitiga, segi tiga


  82. selebritas, selebriti


  83. sepak bola, sepakbola


  84. silakan, silahkan (Ingat!)


  85. sintesis, sintesa


  86. sistem, sistim


  87. surga, sorga, syurga


  88. subjek, subyek


  89. subjektif, subyektif/p


  90. Sumatra, Sumatera


  91. standar, standard


  92. standardisasi, standarisasi [6]


  93. tanda tangan, tandatangan


  94. takhta, tahta


  95. teknik, tehnik


  96. telepon, tel(f/p)on, telefon, tilpon


  97. teoretis, teoritis (diserap dari: theoretical)


  98. terampil, trampil


  99. ubah (=mengganti), rubah (=serigala) -- sepertinya kedua-duanya berlaku


  100. utang, hutang (Ingat: piutang, bukan pihutang)


  101. walikota, wali kota


  102. Yogyakarta, Jogjakarta


  103. zaman, jaman

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Populer

 
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

mau pinter

membuat blog atau website? klik saja di sini

© Copyright 2011. All Right Reserved by Pondok Pengetahuan | Designed by Free Blogger Templates | Premium Wordpress Themes | Coupons Code | Free Icons