Senin, 15 Agustus 2011

Home » » GARWA, SIGARANING NYAWA

GARWA, SIGARANING NYAWA

images Dalam beberapa hari ini saya berada di bilik kecil di sudut kampus Unair. Dan dari semula saya sudah meniatkan diri untuk bisa berbuat lebih banyak dari masa-masa lalu saya. Entah, ini kali ke berapa saya berganti tempat untuk merenung, semoga nyaman dan saya semakin lebih bermakna, berkualitas, dan bijaksana dalam memandang hidup. 
Dari semula juga saya berada disini ingin belajar bermasyarakat. Satu hal yang menurut saya rumit, bahkan lebih rumit dari menulis. Ditengah-tengah mereka saya belajar peduli karena mereka juga memperdulikan saya, diantara mereka saya lebih merasakan kemanisan. Dan dari semula juga saya berada disini, ingin belajar menyayangi. Saya bertemu seorang ibu yang hidup seorang diri yang baru saya kenal bermasyarakat. Beliau tidak berputra, bisa saya bayangkan betapa sepi tanpa buah hati yang selalu ranum menghiasi hidup. Tawa dan sedihnya seorang buah hati adalah kemewahan yang tidak bisa diganti dengan apapun. Saya sendiri sampai sekarang masih menyimpan cita-cita itu : merawat buah hati entah dari rahim siapa (Maklum saya sendiri belum menikah tapi ingin mengadopsi anak). Namun mengapa, masih ada juga saya dapati orang tua yang tak berbahagia dengan kehadiran anak-anak di sisinya dan terkadang ada yang menggugurkan kandungan karena alasan apapun.
Lalu, saya semakin ingin menyayangi dan menghargai seorang sosok mulia yang selalu rendah hati menerima manusia dan selalu tulus tersenyum untuk sesama. Ialah ibu itu. Apalagi setelah saya tahu, beliau telah ditinggal suaminya pergi untuk selamanya.
Dan hari-harinya terlewati dengan kesepian serta lamunan. Selama beliau menumpahkan isi hatinya, air mata sering saya saksikan meleleh dari kedua kelopak matanya. Beliau bercerita, saat terduduk di ruang tamu tempat dulu beliau bersama suaminya bercengkrama. Dan hujan yang mengguyur beberapa hari cukup menambah sakral suasana. Saya takut, Mbak ! Itulah jawabannya.
Dan inilah pelajaran kesetiaan yang paling berharga. Saya belajar tentang kesetiaan dari seorang istri yang selalu setia menemani hari-hari suaminya. Suami/istri itu garwa, sigaraning nyawa. Ia seperti setengah nyawa kita yang harus kita jaga, kita rawat, dan kita jadikan tempat menyemai behih cinta. Maka saya tiba-tiba berpikir, pasangan kita pun (suami/istri) menjadi bagian dari ruh kita yang harus senantiasa jaga amanahnya. Meskipun pertanggungjawabannya pada Allah menjadi urusan pribadi, tapi garwa tetap menjadi bagian hidup yang besar yang kita pertanggungjawabkan pada Allah. Maka, ini pun bukan pertemuan yang main-main, bukan senda gurau, juga bukan pelampiasan hawa nafsu. Na’udzubillahi min dzalik.
Rasulullah SAW mengajarkan nilai kepemimpinan dalam sebuah rumah tangga. Seorang suami mengingatkan istrinya yang salah, seorang istri pun mengingatkan suaminya yang salah. Seorang suami mengajak istrinya bangun untuk mendirikan sholat malam. Begitu sebaliknya. Tanggung jawab mensucikan ruh pun menjadi tanggung jawab hidup.
Masih ingat saya dengan sabda Rasulullah SAW, “Allah memberi rahmat kepada laki-laki yang bangun tengah malam lalu dia sholat dan membangunkan istrinya. Jika istri nya enggan bangun sholat malam, dia meneteskan air ke mukanya. Allah memberi rahmat kepada wanita yang bangun tengah malam lalu dia sholat malam dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan bangun sholat malam, dia meneteskan air ke mukanya. “ (HR Abu daud).
Dan air mata itu terus menggenang dihadapan saya. Beliau mengenang garwa yang telah hilang. Dan beliau bilang, “Mbak, sampai sekarang dan selamanya bapak masih menggantung di hati.” Masya Allah, saya memuji Allah yang telah menghadiahkan ketulusan cinta di hati manusia (di zaman seperti sekarang masih adakah seorang laki-laki jika istrinya meninggal akan melakukan seperti sikap si ibu ???) . Dan doa selalu mengiringi sisa hidupnya kelak, beliau akan bertemu garwanya yang hilang, sebagaimana garwa adalah bagian dari ruh beliau. Beliau merasa bertanggung jawab dengan ruhnya garwa. Subhanallah……
Ya Allah, mampukah saya memiliki ketulusan yang seperti itu untuk garwa saya kelak ???
Surabaya, malam hari yang melelahkan
Garwa : suami/istri
Sigaraning nyawa : belahan jiwa

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Populer

 
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

mau pinter

membuat blog atau website? klik saja di sini

© Copyright 2011. All Right Reserved by Pondok Pengetahuan | Designed by Free Blogger Templates | Premium Wordpress Themes | Coupons Code | Free Icons