Di siang hari yan sedikit mendung kubuka cerita ini. Mudah-mudahan teman-teman gak bosan membacanya. Salah satu cerita waktu Hari Raya Idul Fitri kemarin. Sengaja kutuangkan dalam tulisan untuk saling berbagi dan share dengan teman-teman (hehehe.....gaya amat seh bahasanya). Jam sudah menandakan pukul setengah sebelas malam di hari kedua lebaran 1431 H., mata tak kunjung redup sejenak kusempatkan melihat keluar, di depan rumah, keadaan jalanan begitu lengang, jauh berbeda dengan tadi siang ketika banyak sekali orang berlalu-lalang tuk bersilaturahmi dengan sanak famili. Akhirnya kunyatakan, open house (biar sedikit keren aja, hehehe. Padahal hanya silaturahmi dengan tetangga) hari ini dicukupkan sekian. bersama adek dan Ibu, kami mulai membersihkan ruangan perjamuan, tak luput, gelas plastikpun turut dibersihkan ... maklum jaman udah berubah, dulu minuman tamu dibuat seketika ketika tamu datang, baik berupa kopi, teh atau sekedar sirup buatan tangan dalam gelas bening ataupun cangkir, cukup untuk beberapa sruputan, menemani suasana hangat silaturahmi dengan perbincangan seru seputar keadaan famili. hmm, sekarang... cukup pesan air dalam kemasan dengan berbagai rasa yg ada, dalam kardus ato galon yang siap diisi ulang.
Ketika gelas plastik itu kubersihkan, seketika ummiku (ibu dalam bahasa arab, kebetulan aq panggil ibuqu dengan ummi) bilang "Nduk...!!! (panggilan anak perempuan), nanti gelasnya dikumpulkan yach, suatu hari kan ada yg ngambil". Siapa mi ...??, aku balik bertanya. Sambil bersama-sama membersihkan ruangan, ummiqu bercerita ... tempo hari ada seorang kakek, dia bekerja dengan mengumpulkan gelas plastik di pasar. Suatu hari dia (sang kakek) datang ke toko ummi ( kebetulan my mam punya ruko di dekat pasar) sambil bertanya "ada gelas plastik gak kepake bu???", lalu ummi carikan di sekitar rumah dan ada sekitar beberapa gelas. Gak banyak memang, namun ketika ummi serahkan, kakek itu berucap "Alhamdulillah yaaa Allah 3x, maturnuwun bu 2x, smoga Alloh membalas dengan kebaikan yg setimpal", lebih lanjut kakek itu kemudian bercerita bahwa dia berasal dari daerah yang cukup jauh dari daerah kami, dia datang dari pasar yang satu ke pasar yang laen untuk sekedar mengumpulkan gelas plastik guna memperoleh beras, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat kondisi yg sudah renta, ummi saya kemudian balik bertanya ... "koq gak nyoba profesi laen yg lebih ringan pak?", sang kakekpun menjawab "profesi ini sudah cukup, profesi ini insya Allah sudah mampu menyelamatkan wajah kami di hadapan Alloh di hari akhir kelak", dengan jawaban ini, ummipun bertanya, maksudnya pak?, bisa dijelaskan !, sang kakekpun kemudian melanjutkan jawabannya "Iya bu..., profesi ini sudah menghindarkan kami dari meminta-minta, mengemis atau keadaan terpaksa yang laen. Bukankah Nabi Muhammad pernah berpesan, bahwa orang yang meminta-minta (senantiasa berpangku tangan tanpa keinginan dan tindakan usaha semampunya) akan dibangkitkan di akhirat kelak dengan wajah yang kurang baik di hadapan Allah SWT.
Mungkin sekedar gelas plastik, mungkin hanya barang yg kurang berharga... namun siapa sangka justru hal-hal yg kecil seperti itu yang justru menjadi salah satu washilah dari tingginya derajat seorang hamba di hadapan Penciptanya. Ketika syukur terucap, ketika prinsip-prinsip kehidupan dipegang erat, ketika seorang hamba mampu menguasai nafsunya dan menerima serta berusaha dalam setiap sisi tantangan yang ada. Semoga Allah senantiasa mengabulkan do'a yang kita panjatkan ... di akhir shalat tarawih dalam setiap ramadlon kita,
"Wa bil qodlooo i roodliin, wa bin na'maaa i syakirin, wa'alal balaaa i shobirin" ... menjadi seorang muslim yang kuat .... dengan ridlo terhadap segala keputusan Alloh, dengan syukur terhadap Nikmat" Allah dan dengan sabar dalam setiap cobaan yang diberikan oleh Alloh.
Ridlo, syukur dan sabar ...
0 komentar:
Posting Komentar